Latar Belakang
Bagi sebagian murid saya, siswa kelas 4 SDN 10 Rambang, Muara Enim, matematika bagaikan monster mengerikan yang siap menelan mereka hidup-hidup . Berbagai persoalan yang hanya berupa susunan angka bisa jadi tidak menjelaskan apapun bagi sebagian besar mereka. Deretan angka tersebut masih terlalu abstrak untuk dipahami.Operasi pecahan masih sering membuat bingung murid-murid saya, apalagi jika penyebutnya berbeda. Penyebut tersebut harus disamakan dulu. Pecahan akan lebih mudah dipahami bila bentuk nyatanya bisa dilihat/diamati, tidak hanya susunan angka yang berderet. Dengan metode ini, murid-murid saya bisa lebih menyukai soal pecahan dan bahkan bersahabat dalam mengerjakan soal pecahan .
Kondisi Kelas
Saya pernah menerapkan metode ini untuk semua materi mengenai pecahan dan bisa diterapkan mulai kelas 3 SD saat siswa baru pertama kali dikenalkan dengan pecahan sederhana. Pada kelas yang lebih tinggi, misalnya kelas 4 dan 5, cara ini saya gunakan untuk pengenalan sebelum materi penjumlahan pecahan dengan penyebut berbeda.Langkah-langkah
Berikut ini adalah langkah-langkah yang kami lakukan dalam melaksanakan metode ini:- Saya berikan setiap murid selembar kertas, kertas berwarna polos akan lebih baik. Kertas yang digunakan bebas (bisa juga kertas dari kardus atau buku tulis), namun saya menggunakan kertas lipat (kertas marmer). Tujuannya adalah supaya lebih menarik karena berwarna-warni. Selain itu, warna yang berbeda akan lebih mudah digunakan untuk membandingkan antara satu bilangan pecahan dengan bilangan pecahan yang lain.
- Murid diminta membagi kertas tersebut menjadi dua bagian sama besar (1/2).
- Murid diminta untuk mengambil salah satu bagian tersebut dan dibagi dua sama besar lagi (1/4).
- Sekali lagi, murid diminta untuk mengambil salah satu potongan ¼ dan dibagi dua sama besar (1/8).
- Dan lagi, murid diminta untuk mengambil salah satu potongan 1/8 dan dibagi dua sama besar (1/16).
- Guru bisa meneruskan hingga potongan yang lebih kecil lagi, namun sepertinya potongan 1/16 sudah cukup efektif untuk melakukan permainan ini. Jadi, setiap murid memiliki: 1 potongan 1/2, 1 potongan 1/4, 1 potongan 1/8, dan 2 potongan 1/16.
- Minta murid bekerja secara berkelompok dengan menggabungkan
potongan-potongan yang mereka miliki dengan potongan milik teman
lainnya. Jika rombongan belajarnya kecil (5-10 anak), kegiatan ini bisa
dilakukan langsung bersama-sama, namun jika rombongan belajarnya lebih
besar, maka murid bisa dibagi berkelompok 4-5 anak per kelompok. Agar
lebih mudah, saya arahkan murid-murid untuk berkelompok dengan teman
sebangku dan teman di bangku depan/belakang mereka.
- Dari sini, kita bisa membimbing murid untuk menemukan dan menyimpulkan bahwa 1/2 (satu per dua) adalah satu kertas yang dibagi 2 sama besar, 1/4 adalah potongan kerta 1/2 yang dibagi dua sama besar, dan seterusnya. Kita bisa mengajak siswa untuk menyusun dan membandingkan kertas-kertas tersebut. Saya hanya memberikan 2-3 contoh saja. Sisanya saya biarkan siswa yang mencoba-cobanya sendiri.
- Untuk tahap selanjutnya saya memberi contoh operasi
penjumlahan pecahan, misalnya 2/16 adalah 2 potongan 1/16 yang disusun
bersama, 3/16 adalah 3 potongan 1/16 yang disusun bersama, dan
seterusnya. Saya minta mereka untuk mencari potongan mana yang besarnya
sama dengan 2/16.
- Nah, sekarang mari kita tes pemahaman siswa dengan memberikan soal sederhana. Biasanya murid-murid saya lebih bersemangat ketika mereka tahu ada kompetisi, maka saya buat “kuis cepat-tepat” antara kelompok satu dengan kelompok lainnya. Mulai dari soal yang sederhana, dan secara bertahap ke soal yang lebih kompleks.
Pembelajaran Tambahan Ada banyak hal yang bisa diraih dari pembelajaran dengan metode ini. Menariknya, guru tidak perlu terlalu banyak mengarahkan murid-murid agar bisa menemukan hal tersebut. Pada pengalaman saya, murid akan dengan sendirinya mengeksplorasi nilai pecahan melalui bentuk dan besar kertas, sehingga pada akhirnya mereka menemukan bahwa 2/8 (2 potongan 1/8) sama besarnya dengan 1/4. Dan jika mereka kehabisan potongan 1/2, mereka bisa menggunakan 2 potongan 1/4 atau 4 potongan 1/8 sebagai gantinya. Yang perlu saya lakukan saat itu adalah mendorong mereka untuk mencari alternatif.
Misalnya saja, ada soal 1/4 + 1/4 =…….
Dibandingkan murid yang menyusun 2 potongan 1/4 , guru bisa memberikan nilai tambahan untuk murid yang langsung menjawab dengan 1 potongan 1/2 .
Jangan lupa, selalu berikan apresiasi bagi murid yang berhasil “menemukan” hal baru sehingga mereka makin terpacu untuk mencari alternatif baru dalam mengerjakan matematika.
Sumber : Indonesia Belajar
0 komentar:
Post a Comment